Meningkatkan Poduktivitas Broiler dalam Era Revolusi industry 4.0 Melalui Mekanisasi Budidaya siste

  • 06:18 WITA
  • Admin Jurusan Ilmu Peternakan
  • Artikel

Meningkatkan Poduktivitas Broiler dalam Era Revolusi industry 4.0

Melalui Mekanisasi Budidaya sistem Closed House

 

Pendahuluan

Usaha budidaya  ternak unggas telah menjadi suatu industri yang memiliki prospek yang baik karena memiliki komponen yang cukup lengkap dari sektor hulu sampai hilir. Salah satu industri perunggasan yang cukup popular di masyarakat, yaitu layer dan broiler.  Ternak ini memiliki peran yang cukup strtegis dalam penyedian sumber  protein hewani, terutama pada broiler  karena memiliki masa pemeliharaan yang relatif tidak lama. Saat ini telah dihasilkan strain broiler yang masa pemeliharaanya hanya sekitar 30 hari dengan bobot hidup sudah mencapai 1.5 kg.

Memasuki masa era revousi industri 4.0., maka industri perunggasan broiler harus berbenah diri agar dapat mengikuti trend perkembangan industri perunggasan global. Namun hal tersebut tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena umumnya karakteristik peternak layer dan broiler yang ada saat ini cukup beragam. Kalau kita melihat kebelakang pada awal masuknya broiler di Indonesia dalam tahun 70-an, umumnya broiler masih dipelihara secara konvensional dengan sistem kandang terbuka (open house). Disamping itu jumlah ternak yang dipelihara relatif lebih sedikit sehubungan dengan keterbatasan modal yang dimiliki.

Meningkatkan status sistem pemeliharaan broiler dari sistem konvesional yang umumnya masih menggunakan alat-alat secara manual dengan alat yang semi modern sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya pengembagan industri perunggasan Indonesia dalam era revolusi industri 4.0. Sistem pemeliharaan broiler pada saat ini sudah mulai mengalami pergesaraan dari sistem konvesional ke modern. Terutama peternak yang terlibat dalam sistem kemitraan.

Perubahan pemeliharaan broiler dari sistem konvesional dengan menggunakan kandang terbuka (open house) menjadi kandang tertutup (close house) merupakan salah satu bentuk mekanisasi dalam budidaya broiler.  Hal tersebut tentunya akan memberikan dampat positif terhadap kesejateraan broiler dan sekaligus akan meningkatkan viabilitasnya sehingga produktifitas broiler dapat meningkat. Namun dalam upaya meningkatkan status pemeliharaan broiler ke kandang sistem close house tentunya tidak semua peternak mampu untuk melakukannya. Oleh karena itu, apabila kita ingin mengembangkan industri peternakan broiler melalui mekanisasai dalam sistem pemeliharaan broiler, maka perlu ada sinergisitas dengan berbagai pihak. Seperti pemerintah, pengusaha, perbankan, dan peternak. Misalnya peternak yang tidak memiliki cukup modal dalam mengebangkan usahanya, maka pihak perbankan dapat memberikan bantuan modal  dengan bunga yang terjangkau atau lebih ringan. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu yang harus dipertimbangkan untuk melakukan perubahan dalam sistem pemeliharaan broiler mereka.

Dalam artikel ini, penulis mencoba melihat optimalisasi produksi broiler dengan membandingkan penggunaan kandang sistem tertutup dan sistem terbuka. Mekanisasi yang dimaksud dalam budidaya broiler dalam artikel ini, yaitu penggunaan closed house dan alat-alat otomatis yang terdapat di dalamnnya.

 

Pengertian Mekanisasi

Pengertian mekanisasi, yaitu penggunaan berbagai mesin atau peralatan sarana teknik yang menggantikan peran manusia atau hewan dalam proses produksi. Dalam bidang peternakan, mekanisasi dapat diartikan  sebagai penerapan berbagai macam prinsip ilmu dan teknologi dalam bidang peternakan dengan melibatkan mesin secara keseluruhan ataupun sebagian yang bertujuan mengganti peran manusia dalam proses pengelolaan peternakan.

 

Kandang

Kandang merupakan salah satu penentu keberhasilan beternak broiler. Kandang sebagai tempat tinggal broiler tentunya harus menyediakan kondisi lingkungan yang nyaman.  Karena kandang merupakan tempat ayam tinggal dan beraktivitas selama masa budidaya. Broiler akan tumbuh optimal jika berada pada temperatur suhu yang ideal, yaitu 19–21 0C. sedangkan suhu di Indonesia dapat mencapai 33 - 35 0C pada musim kemarau (Rasyaf, 2001). Berdasarkan model ventilasi yang digunakan. maka kandang dapat dibagi menjadi tiga yaitu,

1) Kandang sistem terbuka (Open house); semua dinding kandang terbuka serta kondisi dalam kandang sangat  dipengaruhi oleh kondisi luar kandang.

2) Kandang sistem tertutup (Closed house); semua dinding kandangnya tertutup.  Sistem ventilasi atau pergerakan udaranya tergantung sepenuhnya dan  kipas (fan)yang digunakan.

3) Kandang sistem semi terbuka (semi closed house); model kandang semi closed house merupakan modifikasi dari kandang closed house.

 

Kandang closed house atau sistem tertutup secara konstruksi dibedakan menjadi dua, yakni sistem tunnel dan evaporative cooling  system  (ECS). Perbedaan antara kedua sistem tersebut, sistem ECS mengandalkan aliran angin dan proses evaporasi dengan bantuan angina dari cooling pad, cocok digunakan pada daerah panas dengan suhu udara diatas 35 0C. Sedangkan letaknya yang berada pada dataran tinggi dan kecepatan angin cukup tinggi, penggunaan konstruksi kandang menggunakan sistem tunnel. Karena kerja dari tunnel adalah mengandalkan angin untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uap air, dan penyediaan oksigen bagi kebutuhan ayam. Pemeliharaan ayam broiler dengan model kandang closed house dirancang agar lebih mudah mengatur ventilasi kandang secara baik. Keadaan lingkungan yang memiliki kelembapan tinggi dan kecepatan angin yang besar penggunaan Tunnel Ventilatation System dipakai sebagai inovasi kandang closed house.

Kecepatan angin masuk dari inlet dari udara bebas sekitar, angin yang masuk tersebut kemudian diatur dengan penggunaan kipas (fan). Kipas berfungsi untuk menyedot udara yang masuk agar tidak terlalu banyak angin di kandang. Pengaturan sistem ini telah dapat dilakukan dengan otomatis pengaturan waktu dengan begitu peternak tidak begitu terlalu susah mengawasi. Semua peralatan yang digunakan pada model kandang ini juga sudah menggunakan teknologi. Sedangkan closed house telah menggunakan heater untuk alat pemanas.

 

Produktivitas broiler pada kandang sistem open house dan closed house

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi broiler yaitu, penggunaan kandang sistem tertutup atau yang lebih popular closed house. Awal mulanya sistem closed house diterapkan di daerah sub-tropis yang memiliki empat musim, namun dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa, di daerah tropis yang memiliki dua musim seperti Indonesia juga memberi pengaruh yang efektif dalam mengatur kondisi lingkungan yang dibutuhkan ayam. Kandang sistem tertutup (closed house) pada awalnya digunakan dalam industri pembibitan unggas (breeding farm). Namun saat ini penggunaan closed house telah merambah ke produksi broiler komersil .

Beberapa keuntungan menggunakan kandang closed house antara lain, 1) Jumlah  kepadatan ayam yang dipelihara lebih banyak 2) Ayam lebih tenang, segar dan nyaman. 3) Udara yang tersedia lebih baik. 4) Meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ayam. 5) Mengurangi jumlah tenaga kerja (man power). 6) Suhu lebih dingin. 7) Ayam tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca lingkungan.

Disamping beberapa keuntungan closed house, tentunya masih terdapat beberapa kekurangan diantaranya, biaya yang dikeluarkan lebih mahal dibandingkan dengan open house, selain itu biaya listrik yang harus dikeluarkan untuk teknik modern ini cukup tinggi mengingat closed house membutuhkan listrik yang tidak sedikit, membutuhkan teknik dan keterampilan yang tinggi. Peternak harus memiliki pengetahuan yang luas supaya sistem modern yang dilakukannya sesuai dengan harapan. Jika tekniknya belum benar dan pengetahuannya masih sempit hasil dari ternak ayam potong modern ini tidak akan maksimal. Produktifitas broiler yang dibudidayakan dalam sistem closed house dan open house disajikan pada Tabel 1.

 

Tabel 1. Perbandingan produktifitas broiler yang dipelihara dalam kandang sistem closed house dan open house selama 35 hari

Variabel

Ventilasi Kandang

Open house

Closed Hous

Bobot badan akhir (g/ekor)

1,725

1,962

Mortalitas (%)

5

4

Konversi ransum

1.78

1.80

Indeks Performa (%)

263.05

289.66

Sumber: Susanti dkk., 2016.

 

Berdasarkan data pada Tabel 1. menunjukkan produktifitas broiler yang dipelihara pada kandang sistem closed house rata-rata lebih baik dibandingkan pada kandan sistem open house, kecuali pada nilai konversi ransum. Persentase indeks performa yang merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam budidaya broiler lebih baik pada kandang sistem closed house. Akan tetapi nilai tersebut masih rendah jika dibandingkan standar indeks performa yang harus dicapai dalam budidaya broiler, yaitu 300 atau lebih dari angka tersebut.


Sumber Bacaan

Infovet. 2016. Terampil Mengoperasikan “Broiler Closed House” http://www.majalahinfovet.com/2016/04/terampil-mengoperasikan-broiler-closed.html

Pengertian Mekanisasi. www.pengertianparaahli.net/pengertian-mekanisasi/

Poultry. 2018. https://www.poultryindonesia.com/industri-4-0-pada-perunggasan/?lang=en)

Rasyaf, M. 2001.Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID) : Penebar swadaya

Renata, T.A. Sarjana dan S. Kismiati. 2018. Pengaruh zonasi dalam kandang closed house terhadap kadar amonia dan dampaknya pada kualitas daging broiler di musim penghujan. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (3): 183 – 191.

Susasnti, E.D., D. Wahyuning dan M. Dahlan. 2016. Perbandingan Produktivitas Ayam Broiler Terhadap Sistem Kandang Terbuka (Open House) dan Kandang Tertutup (Closed House) di UD.Sumber Makmur Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ternak, Vol.7:1.

Penulis : Dr. Muh. Nur Hidayat, S.Pt.,M.P (Staf Pengajar Jurusan Ilmu Peternakan)

Editor : Muh. Arsan Jamili