Meningkatkan Poduktivitas Broiler dalam Era Revolusi
industry 4.0
Melalui Mekanisasi Budidaya sistem Closed House
Pendahuluan
Usaha
budidaya ternak unggas telah menjadi
suatu industri yang memiliki prospek yang baik karena memiliki komponen yang cukup
lengkap dari sektor hulu sampai hilir. Salah satu industri perunggasan yang
cukup popular di masyarakat, yaitu layer dan broiler. Ternak ini memiliki peran yang cukup strtegis
dalam penyedian sumber protein hewani,
terutama pada broiler karena memiliki
masa pemeliharaan yang relatif tidak lama. Saat ini telah dihasilkan strain
broiler yang masa pemeliharaanya hanya sekitar 30 hari dengan bobot hidup sudah
mencapai 1.5 kg.
Memasuki
masa era revousi industri 4.0., maka industri perunggasan broiler harus
berbenah diri agar dapat mengikuti trend perkembangan industri perunggasan global.
Namun hal tersebut tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena umumnya
karakteristik peternak layer dan broiler yang ada saat ini cukup beragam. Kalau
kita melihat kebelakang pada awal masuknya broiler di Indonesia dalam tahun
70-an, umumnya broiler masih dipelihara secara konvensional dengan sistem
kandang terbuka (open house). Disamping
itu jumlah ternak yang dipelihara relatif lebih sedikit sehubungan dengan
keterbatasan modal yang dimiliki.
Meningkatkan
status sistem pemeliharaan broiler dari sistem konvesional yang umumnya masih
menggunakan alat-alat secara manual dengan alat yang semi modern sangat penting
untuk dilakukan sebagai upaya pengembagan industri perunggasan Indonesia dalam
era revolusi industri 4.0. Sistem pemeliharaan broiler pada saat ini sudah
mulai mengalami pergesaraan dari sistem konvesional ke modern. Terutama
peternak yang terlibat dalam sistem kemitraan.
Perubahan
pemeliharaan broiler dari sistem konvesional dengan menggunakan kandang terbuka
(open house) menjadi kandang tertutup
(close house) merupakan salah satu
bentuk mekanisasi dalam budidaya broiler.
Hal tersebut tentunya akan memberikan dampat positif terhadap
kesejateraan broiler dan sekaligus akan meningkatkan viabilitasnya sehingga
produktifitas broiler dapat meningkat. Namun dalam upaya meningkatkan status
pemeliharaan broiler ke kandang sistem close
house tentunya tidak semua peternak mampu untuk melakukannya. Oleh karena
itu, apabila kita ingin mengembangkan industri peternakan broiler melalui
mekanisasai dalam sistem pemeliharaan broiler, maka perlu ada sinergisitas
dengan berbagai pihak. Seperti pemerintah, pengusaha, perbankan, dan peternak.
Misalnya peternak yang tidak memiliki cukup modal dalam mengebangkan usahanya,
maka pihak perbankan dapat memberikan bantuan modal dengan bunga yang terjangkau atau lebih
ringan. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu yang harus dipertimbangkan
untuk melakukan perubahan dalam sistem pemeliharaan broiler mereka.
Dalam
artikel ini, penulis mencoba melihat optimalisasi produksi broiler dengan
membandingkan penggunaan kandang sistem tertutup dan sistem terbuka. Mekanisasi
yang dimaksud dalam budidaya broiler dalam artikel ini, yaitu penggunaan closed house dan alat-alat otomatis yang
terdapat di dalamnnya.
Pengertian Mekanisasi
Pengertian
mekanisasi, yaitu penggunaan berbagai mesin atau peralatan sarana teknik yang
menggantikan peran manusia atau hewan dalam proses produksi. Dalam bidang
peternakan, mekanisasi dapat diartikan
sebagai penerapan berbagai macam prinsip ilmu dan teknologi dalam bidang
peternakan dengan melibatkan mesin secara keseluruhan ataupun sebagian yang
bertujuan mengganti peran manusia dalam proses pengelolaan peternakan.
Kandang
Kandang merupakan salah satu penentu keberhasilan
beternak broiler. Kandang sebagai tempat tinggal broiler tentunya harus menyediakan kondisi lingkungan
yang nyaman. Karena kandang merupakan
tempat ayam tinggal dan beraktivitas selama masa budidaya. Broiler akan tumbuh optimal jika berada pada
temperatur suhu yang ideal, yaitu 19–21 0C. sedangkan suhu di
Indonesia dapat mencapai 33 - 35 0C pada musim kemarau (Rasyaf,
2001). Berdasarkan model ventilasi
yang digunakan. maka kandang dapat dibagi menjadi tiga yaitu,
1) Kandang sistem terbuka (Open
house); semua dinding kandang terbuka serta kondisi dalam kandang
sangat dipengaruhi oleh kondisi luar
kandang.
2) Kandang sistem tertutup (Closed
house); semua dinding kandangnya tertutup.
Sistem ventilasi atau pergerakan udaranya tergantung sepenuhnya dan kipas (fan)yang
digunakan.
3) Kandang sistem semi terbuka (semi closed house); model kandang semi closed house merupakan modifikasi
dari kandang closed house.
Kandang closed
house atau sistem tertutup secara konstruksi dibedakan menjadi dua, yakni
sistem tunnel dan evaporative
cooling system (ECS). Perbedaan antara kedua sistem
tersebut, sistem ECS mengandalkan aliran angin dan proses evaporasi dengan
bantuan angina dari cooling pad, cocok digunakan pada daerah panas dengan suhu
udara diatas 35 0C. Sedangkan letaknya yang berada pada dataran
tinggi dan kecepatan angin cukup tinggi, penggunaan konstruksi kandang
menggunakan sistem tunnel. Karena kerja dari tunnel adalah mengandalkan angin
untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uap air, dan penyediaan oksigen bagi
kebutuhan ayam. Pemeliharaan ayam broiler dengan model kandang closed house dirancang agar lebih mudah
mengatur ventilasi kandang secara baik. Keadaan lingkungan yang memiliki
kelembapan tinggi dan kecepatan angin yang besar penggunaan Tunnel Ventilatation System dipakai
sebagai inovasi kandang closed house.
Kecepatan angin masuk dari inlet dari udara bebas
sekitar, angin yang masuk tersebut kemudian diatur dengan penggunaan kipas (fan). Kipas berfungsi untuk menyedot
udara yang masuk agar tidak terlalu banyak angin di kandang. Pengaturan sistem
ini telah dapat dilakukan dengan otomatis pengaturan waktu dengan begitu
peternak tidak begitu terlalu susah mengawasi. Semua peralatan yang digunakan
pada model kandang ini juga sudah menggunakan teknologi. Sedangkan closed house telah menggunakan heater
untuk alat pemanas.
Produktivitas broiler pada kandang sistem open house dan closed house
Salah
satu upaya untuk meningkatkan produksi broiler yaitu, penggunaan kandang sistem
tertutup atau yang lebih popular closed
house. Awal mulanya
sistem closed house diterapkan di daerah sub-tropis yang
memiliki empat musim, namun dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa, di
daerah tropis yang memiliki dua musim seperti Indonesia juga memberi pengaruh
yang efektif dalam mengatur kondisi lingkungan yang dibutuhkan ayam. Kandang
sistem tertutup (closed house) pada
awalnya digunakan dalam industri pembibitan unggas (breeding farm). Namun saat ini penggunaan closed house telah merambah ke produksi broiler komersil .
Beberapa keuntungan
menggunakan kandang closed house antara lain, 1) Jumlah kepadatan ayam yang dipelihara lebih banyak 2)
Ayam lebih tenang, segar dan nyaman. 3) Udara yang tersedia lebih baik. 4)
Meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ayam. 5) Mengurangi jumlah tenaga
kerja (man power). 6) Suhu lebih dingin. 7) Ayam tidak terpengaruh oleh
perubahan cuaca lingkungan.
Disamping beberapa
keuntungan closed house, tentunya
masih terdapat beberapa kekurangan diantaranya, biaya
yang dikeluarkan lebih mahal dibandingkan dengan open house, selain itu biaya listrik yang harus dikeluarkan untuk
teknik modern ini cukup tinggi mengingat closed
house membutuhkan listrik yang tidak sedikit, membutuhkan teknik dan
keterampilan yang tinggi. Peternak harus memiliki pengetahuan yang luas supaya
sistem modern yang dilakukannya sesuai dengan harapan. Jika tekniknya belum
benar dan pengetahuannya masih sempit hasil dari ternak ayam potong modern ini
tidak akan maksimal. Produktifitas
broiler yang dibudidayakan dalam sistem closed
house dan open house disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan
produktifitas broiler yang dipelihara dalam kandang sistem closed house dan open house
selama 35 hari
Variabel |
Ventilasi Kandang |
|
Open house |
Closed Hous |
|
Bobot badan akhir
(g/ekor) |
1,725 |
1,962 |
Mortalitas (%) |
5 |
4 |
Konversi ransum |
1.78 |
1.80 |
Indeks Performa
(%) |
263.05 |
289.66 |
Sumber: Susanti
dkk., 2016.
Berdasarkan data pada Tabel 1. menunjukkan produktifitas broiler yang dipelihara pada kandang sistem closed house rata-rata lebih baik dibandingkan pada kandan sistem open house, kecuali pada nilai konversi ransum. Persentase indeks performa yang merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam budidaya broiler lebih baik pada kandang sistem closed house. Akan tetapi nilai tersebut masih rendah jika dibandingkan standar indeks performa yang harus dicapai dalam budidaya broiler, yaitu 300 atau lebih dari angka tersebut.
Sumber Bacaan
Infovet. 2016. Terampil Mengoperasikan “Broiler Closed
House” http://www.majalahinfovet.com/2016/04/terampil-mengoperasikan-broiler-closed.html
Pengertian Mekanisasi. www.pengertianparaahli.net/pengertian-mekanisasi/
Poultry. 2018. https://www.poultryindonesia.com/industri-4-0-pada-perunggasan/?lang=en)
Rasyaf, M. 2001.Beternak Ayam
Pedaging. Jakarta (ID) : Penebar swadaya
Renata, T.A. Sarjana dan S. Kismiati. 2018. Pengaruh zonasi dalam kandang closed house terhadap kadar amonia dan dampaknya pada kualitas daging broiler di musim penghujan. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (3): 183 – 191.
Susasnti, E.D., D. Wahyuning dan M. Dahlan. 2016. Perbandingan Produktivitas Ayam Broiler Terhadap Sistem Kandang Terbuka (Open House) dan Kandang Tertutup (Closed House) di UD.Sumber Makmur Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ternak, Vol.7:1.
Penulis : Dr. Muh. Nur Hidayat, S.Pt.,M.P (Staf Pengajar
Jurusan Ilmu Peternakan)