Mikroba dalam Saluran Pencernaan Ternak Unggas

  • 13 Januari 2021
  • 12:32 WITA
  • Admin FST
  • Berita

Spesies mikroba yang paling banyak terdapat pada jalur pencernaan baik manusia maupun hewan adalah Lactobacillus. Mikroba ini pada usus halus jumlahnya mencapai 106-107 sel/g, sedangkan pada usus besar berkisar antara 1010–1011 sel/ g (Vicente et al., 2007a). Mikroba tersebut memainkan peranan penting bagi kesehatan melalui beberap cara sperti efeknya terhadap morfologi saluran pencernaan, nutrisi, patogen dan immunitas (Lu et al., 2003) . Beberapa mikroflora dalam saluran pencernaan ternak unggas dapat melindungi usus dari serangan patogen dan merangsang pembentukan immunitas (Mead, 2000; Metchnikoff 1903; dalam Lu et al., 2003)

Pada saluran pencernaan ternak unggas terdapat berbagai mikroba patogen yang dapat mengganggu pertumbuhan unggas, seperti Escherichia coli. Mikroba tersebut dapat merugikan ternak melalui beberapa cara seperti menghasilkan toksin, memanfaatkan nutrient esensial untuk pertumbuhan unggas, dan menekan pertumbuhan mikroba yang dapat mensintesa vitamin (Sun, 2004). Keseimbangan mikroba pagogen dan menguntungkan merupakan salah satu kondisi yang dapat menjaga integritas saluran pencernaan ternak unggas. Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi mikroba pada saluran pencernaan unggas, seperti makanan, pemberian antibiotik (Knarreborg et al., 2002), umur (Knarreborg et al., 2002; van der Wielen et al., 2002), dan infeksi yang disebabkan oleh patogen ( Lu et al., 2003).
Kelompok bakteri yang dominan pada usus ayam adalah bakteri Gram positif, proteobakteri, dan Chtophagal/Flexibacter/Bakteroides. Pada bagian ileum dan sekum banyak dihuni oleh bakteri Gram positif seperti Lactobacillus, Clostrodia, Bacillus, dan Streptococci. Jumlah bakteri Bacillus pada sekum (1,45% ) dan ileum (0,67%). Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya umur ayam broiler, jumlah Bacillus juga meningkat pada sekum, yaitu pada umur 14 hari (2,70%), 21 hari (4,04%) dan 28 hari (1,75%),dan umur 49 (4,04%) (Lu et al., 2003).


Disamping itu nilai pH menyebabkan populasi mikroba di dalam setiap bagian saluran pencernaan menjadi spesifik. Nilai pH pada saluran pencernaan unggas pada setiap bagian, adalah: tembolok (4.5), proventrikulus (4.4), gizzard (2.6), duodenum (5.7- 6.0), jejunum (5.8), ileum (6.3), kolon (6.3), ceca (5.7), dan empedu (5.9) (Sun, 2004). Salah satu faktor yang dapat menyebabkan turunnya nilai pH pada saluran pencernaan adalah fermentasi pakan. Misalnya pada daerah tembolok, pakan yang dikonsumsi oleh unggas berada beberapa saat di organ tersebut, sebagian dari pakan ini akan mengalami fermentasi oleh Lactobacillus tipe Lactobacillus salivarius dan menghasilkan asam laktat yang menyebabkan pH tembolok menjadi turun (Sarra et al., 1985).


Adanya gerakan peristaltik pada saluran pencernaan yang membawa pakan secara tidak langsung melalui lumen sampai pada bagian pertengahan saluran pencernaan, menjadi salah satu penyebab yang dapat mencegah mikroba menempel pada epitel usus (Savage, 1983; dalam Sun 2004). Namun, demikian beberapa mikroba yang lain dapat melekat (adherence) pada epitel saluran pencernaan, sedangkan yang lainnya dikeluarkan dari usus oleh cairan musin. Menurut Edelman et al., (2003), diantara bakteri Gram negatif yang dapat tumbuh dan melekat pada epitel tembolok, lamina propria, dan permukaan villi usus adalah E.coli.

Perubahan morphologi pada usus, yaitu villi yang menjadi lebih pendek dan crypts lebih dalam dapat disebabkan oleh toksin yang dihasilkan mikroba patogen yang ada pada saluran pencernaan ternak unggas (Zhang et al., 2005). Diantara mikroba patogen yang dapat menyebabkan penebalan pada dinding saluran pencernaan adalah Clostridium perfringens. Dampak dari penebalan saluran pencernaan adalah pertumbuhan ternak unggas terganggu sebagai akibat berkuranggnya jumlah nutrient yang di absorpsi (Khaksedifi dan Ghoorchi, 2001).

Interaksi Mikroba dalam Saluran Pencernaan Ternak Unggas

Didalam saluran pencernaan terjadi interaksi antara mikroba. Salah satu bentuk interaksi yang terjadi, yaitu ketika ketersedian nutrien terbatas. Mikroba di dalam saluran pencernaan akan saling berkompetisi dalam pemanfaatan karbon dan sumber energi yang lain (Veldkamp dan Van Gemerden, 1986). kompetisi diantara mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungan pencernaan seperti, konsentrasi karbon dan substrat energi, oksigen, nitrit, sulfat, sodium klorida, antibiotik, temperatur, kekuatan osmotik, dan pH (Dofing dan Gottschal, 1997).


Beberapa hasil metabolisme dari bakteri seperti konsentrasi ion hidrogen, potensi redoks, hidrogen sulfida, asam lemak terbang (VFA) dapat mejadi penghambat terhadap pertumbuhan patogen (Sun, 2004). Mikroba patogen yang ada di dalam usus halus berkompetisi dengan ternak dalam mendapatkan nutrien. Disamping itu mikroba patogen juga dapat menurunkan pencernaan lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dengan cara menghalangi pengaruh garam-garam empedu terhadap lemak untuk tidak bergabung (deconjugation) (Engberg et al., 2000).

 

Penulis : M.N. Hidayat (Dosen Jurusan Ilmu Peternakan, UIN Alauddin Makasar)